ZAMAN PRA-SEJARAH
By Unknown - 06.55
ZAMAN PRA-SEJARAH
- ZAMAN BATU
Zaman paloelithikum
· Artefak peninggalan
zaman Paleolithikum:
1. Kapak perimbas
(chopper)
Bagian yang tajam berbentuk cembung, digunakan untuk memangkas. Fungsi kapak ini untuk penetak dan pemotong, ditemukan di Pacitan oleh Von Koenigswald tahun 1935
2. Kapak penetak
Kapak ini mirip kapak perimbas, hanya bentuknya lebih besar, dipergunakan untuk membelah kayu, pohon, atau bambu. Alat ini disebut chopping tool, ditemukan hampir di seluruh wilayah Nusantara.
3. Kapak genggam
Kapak ini memiliki bentuk mirip kapak perimbas, tetapi jauh lebih kecil. Cara pemakaiannya dengan digenggam pada ujungnya yang lebih kecil.
4. Pahat genggam
Bentuknya lebih kecil dari kapak genggam yang berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian. Alat ini sangat tajam.
Bentuknya lebih kecil dari kapak genggam yang berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian. Alat ini sangat tajam.
5.
Alat serpih
Alat serpih dipergunakan untuk pisau, mata panah, dan alat pemotong. Alat serpih ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1934 di Sangiran, juga di Gua Lawa, (Sampung, Ponorogo), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Timor, dan Roti. Alat serpih ini berukuran kecil antara 10 – 20 cm yang banyak ditemukan di gua-gua.
Alat serpih dipergunakan untuk pisau, mata panah, dan alat pemotong. Alat serpih ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1934 di Sangiran, juga di Gua Lawa, (Sampung, Ponorogo), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Timor, dan Roti. Alat serpih ini berukuran kecil antara 10 – 20 cm yang banyak ditemukan di gua-gua.
· Manusia
yang hidup pada masa paleolithikum:
1.
Pithecanthropus Erectus
(phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus
berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi,
tahun 1891.
2. Pithecanthropus
Mojokertensis
ditemukan di daerah Mojokerto, tergolong jenis
Pithecanthropus yang paling tua. Mempunyai ciri-ciri 1) Badan tegap, tetapi tidak seperti
Meghanthropus. 2) Tinggi badannya 165-180 cm. 3) Tulang rahang dan geraham kuat
serta bagian kening menonjol. 4) Tidak mempunyai dagu. 5) Volume otak belum
sempurna seperti jenis homo, yaitu 750 -1.300 cc. 6) Tulang atap tengkorak
tebal dan berbentuk lonjong. 7) Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil.
3. Homo
Wajakensis
ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di
sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat
Tulungagung, Jawa Timur. berupa tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan
beberapa buah ruas leher. Temuan Wajak itu adalah Homo sapiens dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
·
Mukanya
datar dan lebar,
·
akar
hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol sedikit.
·
Dahinya
agak miring dan di atas matanya ada busur kening nyata.
4. Homo
Soloensis, fosilnya di temuka dilmbah bengawa solo, Oleh Van Koenigswald tahun
1931-1934.
5.
Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus
paleojavanicus Adalah manusia purba tertua di jawa. Fosilnya ditemukan oleh
G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran (Surakarta), yaitu
rahang bawah dan atas. Hal serupa juga ditemukan dengan Marks tahun 1952 berupa
rahang bawah. Cirri-ciri tubuhnya kekar, rahang dan gerahamnya besar, serta
tidak berdagu sehingga menyerupai kera. M.paleojavanicus hidup 2jt-1jt tahun
yang lalu. Cirri lainnya memiliki tulang pipi yang tebal, bertubuh tegak dan
memiliki tonjolan kening yang menonjol.
Fosil "Meganthropus Paleojavanicus" ditemukan oleh Von Koeningswald di Sangiran, Lembah Bengawan Solo pd tahun 1936-1941. Fosil ini berasal dr lapisan Pleistosen Bawah.
Fosil "Meganthropus Paleojavanicus" ditemukan oleh Von Koeningswald di Sangiran, Lembah Bengawan Solo pd tahun 1936-1941. Fosil ini berasal dr lapisan Pleistosen Bawah.
· Cara
hidup manusia zaman Paleolithikum
hidup berkelompok;
tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan
makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka
dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang
lain (nomaden). Patokan zaman ini yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong
Zaman mesolithikum
· Artefak
peninggalan zaman mesolithikum:
1. Kjokkenmoddinger
(Sampah Dapur)
kjokken
artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya
adalah sampah dapur. Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau
menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera
yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan
bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah mulai menetap.
2.
Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)
Ditemukan
Dr. P.V. Van Stein Callenfels Tahun 1925 di dalam bukit kerang dinamakan dengan
pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya
yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu
kali yang dipecah-pecah.
c.
Hachecourt
(kapak pendek)
diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
d.
Pipisan
pipisan
(batu-batu penggiling beserta landasannya) selain dipergunakan untuk menggiling
makanan dan menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah.
Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
e. Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)
Berdasarkan alat-alat
kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo - Madiun Jawa
Timur) tahun 1928 - 1931, ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah dan
flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, dan juga
alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian terbesar dari
alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung
Bone Culture.
· Cara hidup manusia
zaman mesolithikum
Zaman itu manusia masih hidup dari berburu
dan menangkap ikan (Food-Gathering). Akan tetapi sebagian sudah mempunyai
tempat tinggal tetap, sehingga bisa dimungkinkan sudah bercocok tanam walau
masih sangat sederhana dan secara kecil-kecilan.
Zaman Neolithikum
·
Artefak
zaman Neolithikum
1. Kapak lonjong
Kapak dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat telur. Kapak lonjong terbuat dari batu kali yang berwarna kehitaman. Persebarannya melalui jalur timur, yaitu Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa, Maluku, dan Papua. Dua bentuk kapak lonjong Yaitu kapak besar (Walzanbeil) dan kapak kecil (kleinbeil).
2. Kapak persegi
Kapak dengan penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi terdiri atas berbagi ukuran, basar (beliung atau pacul), dan kecil (tarah). Persebarannya melalui jalur barat yaitu dari tenggara semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.
3. Alat serpih
Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang berbentuk segitiga, trapesium, atau setengah bulat. Alat ini digunakan untuk alat pemotong, gurdi, atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi panah dan ujung tombak.
4. Gurdi dan Pisau
Gurdi dan Pisau neolitik banyak
ditemukan di kawasan tepi danau, misalnya Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung,
Danau Cangkuang, Leles Garut, Danau Leuwilang Bogor (Jawa Barat), Danau
Tondano, Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah danau di Flores Barat (Nusa
Tenggara Timur.
5. Tembikar
Banyak ditemukan pada lapisan KJokkenmoddiger di Sumatra dan
pantai Selatan Jawa. Periuk belaga yang berisi tulang-tulang manusia banyak di
temukan di Sumbawa.
6. Perhiasan
Bahan baku yang di gunakan adalah Kalsedon dan batu indah, berwujud gelang, kalung, dan anting.
· Cara hidup
manusia zaman Neolithikum
Dalam
zaman ini, terjadi perubahan pola hidup masyarakat, dari tradisi food gatering ke food producing. Manusia yang
hidup pada zaman ini adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku
Toraja, suku Sasak dan Suku Dayak.
Zaman megalithikum
1. Menhir
bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
2. Punden
Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
3.Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.
Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam Cina.
4.Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
5.Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur).
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur).
6.Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
7.Waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.
·
Cara hidup manusia jaman megalithikum
Kehidupan
menetap yang telah dijalani menimbulkan ikatan-ikatan antara manusia dengan
alam semestanya. Oleh karena itu, nenek moyang kita mempunyai kepercayaan
animisme dan dinamisme. Budaya peninggalan megalithikum diantaranya Pasemah,
Nias, dan Sumba.
- ZAMAN LOGAM
Zaman Perunggu
1. Nekara
Nekara
adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan
sisi atasnya tertutup. Nekara mirip dengan dandang (gendang) yang
ditelungkupkan. Nekara digunakan sebagai alat dalam kegiatan upacara yang
berfungsi sebagai genderang. Nekara banyak ditemukan di Indonesia khususnya
Bali, Bima, Sumbawa, Pulau Alor, Pulau Jawa, Flores, Maluku, dll.
2. Kapak Corong
Kapak corong adalah
benda dari perunggu yang mempunyai pangkal seperti ekor burung sriti dan bagian
tengahnya berongga. Bagian tengah tersebut digunakan untuk menempatkan gagang.
Kapak corong banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores, Banda,
dll.
3. Arca Perunggu
Arca perunggu yang berkembang memiliki
bentuk yang beraneka ragam, seperti bentuk manusia dan binatang. Pada umumnya
arca perunggu berukuran kecil dan dilengkapi cincin di bagian atasnya yang
berfungsi untuk menggantungkan arca. Arca ini biasa digunakan sebagai liontin
kalung. Arca perunggu banyak ditemukan di Riau, Palembang, Malang, dan Bogor.
4. Bejana Perunggu
Bejana
perunggu hanya ditemukan dua buah di Indonesia yaitu di Sumatra dan Madura.
Bejana perunggu berbentuk bulat panjang. Bejana ini dibuat dari dua lempengan
perunggu yang cembung. Bejana yang ditemukan di Kerinci (Sumatra) berukuran
panjang 50,8 cm dengan lebar 37 cm. Sementara yang ditemukan di Asemjarang,
Sampang (Madura) mempunya ukuran tinggi 90 cm dan lebar 54 cm.
5. Perhiasan
Perunggu
Perhiasan
perunggu adalah perhiasan yang sangat populer pada zaman perunggu, baik dari
golongan atas maupun bawah. Perhiasan tersebut berupa anting, giwang, kalung,
gelang kaki, dll.
·
Cara
hidup masyarakat zaman perunggu
masa ini manusianya telah memiliki
kepandaian dalam melebur perunggu. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil
asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa
Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda).
Zaman Tembaga dan Zaman Besi
Menurut
berbagai sumber, Indonesia tidak mengalami zaman tembaga dan zaman besi karena tidak
ditemukan bukti-bukti peninggalan dari zaman tembaga dan besi
0 komentar